Menulislah seperti shalat
11/05/1438 10:23:27 ص
Sebuah kata merupakan hasil pergolakan
emosi yang lama tersimpan. Terkuak dengan suara dan tulisan. 7 tahun berlalu
mengarungi samudra tanpa batas yang beriring perpisahan tanda menyerah.
Sebuah ungkapan tak terdengar menjauh
belum lama ini sahut menyahut memanggil satu sama lain. Diikuti suara hati yang
menggema bising di kepala. Semangat api yang membakar mengabiskan apa yang di
depan. Begitu lah tekad sang raga untuk menulis tulisan jenaka ini.
Rekaman dari beberapa dokumen,
khayalan-khayalan, perbincangan beragam, diskusi aktif membalut sebuah
rangkaian kata yang terpencar bagai serpihan yang tergeletak secara sembarang. Tanpa
Sang Pembimbing Allah yang Maha Tahu semua serpihan itu tinggal tontonan
jenakawan yang melawak sana-sini menyesatkan orang-orang.
Dulu tatkala masih SMA, umur ABG, momen
penting bagi semua yang mengalaminya, banyak sekali ide terpancar dari
relung-relung sanubari yang terisi melimpah, tanpa mau memulai mengambil
beberapa gayung dari nya enggan belum punya ilmu apa-apa.
Kini, 10 tahun setelahnya: mencoba mengisi
kembali tong-tong yang kering kerontang akibat lamanya berjemur di belantara
yang menyesatkan, menyesakkan, membuat dehidrasi, penuh kegundahan hati.
Bagaimana itu mungkin dilakukan, memang
bagaikan khayalan. Namun khayalan itu bisa menjadi bahan untuk sesuatu yang
dapat dituliskan dengan pena yang berisi tinta gelap legam di atas secarik
kertas putih pualam.
Kinerja otak ketika berkhayal menjaring
beberapa neuron yang saling sahut-menyahut mencari data, merangkai imajinasi,
melihat sampai melewati batas horizon utara atau selatan, sampai menjangkau
diameter bumi. Sangat percuma bila kemampuan itu disia-siakan begitu saja.
Waktu pembatas memang musuh bebuyutan
orang-orang yang memiliki ketamakan yang
kelewat batas. Sama seperti para pendahulu: mestinya dalam kondisi apa pun, di mana
pun, jari ini tidak berhenti menorehkan garis-garis, mengayunkan pena tinta, mengisi
waktu untuk meninggalkan jejak setelah waktu sampai pada batasnya.
Mengumpulkan data berbatas waktu. Mengalahkan
waktu dengan menuliskan seluruh data; bacaan, khayalan, perbincangan, dan
diskusi. Dengan fokus, disiplin, terus-menerus, tidak mengenal kondisi, kapan
pun di mana pun. Menulislah seperti shalat.
By: Pendek Kata
@naqiebullah